Apa itu Brand? Bagian 3 – Persepsi Brand
Disadur dari artikel Susan Gunelius
Apa branding itu? Sebelum Anda membaca lebih lanjut, Anda perlu memahami kebenaran bisnis yang mendasar:
Konsumen membangun brand, bukan perusahaan.
Tentu, perusahaan mengeluarkan pesan, menyinggung percakapan dalam arah tertentu, dan sebagainya, tapi itu adalah konsumen yang mengalami brand, menjadi secara emosional terhubung dengan brand–brand tersebut, dan membuat brand–brand itu menjadi milik mereka sendiri yang sebenarnya membangun brand.
Segala sesuatu yang Anda lakukan untuk memasarkan brand Anda tergantung pada bagaimana konsumen memandang hal itu.
Anda dapat memberitahukan kepada konsumen lagi dan lagi bahwa produk Anda adalah yang terbaik, akan tetapi apabila mereka belum merasakannya dan percaya dengan janji brand anda, serta mengembangkan persepsi tentang itu, maka brand Anda memiliki sedikit kesempatan untuk tumbuh. Yang penting bukanlah apa yang anda pikirkan tentang brand anda. Namun yang terpenting adalah apa yang konsumen pikirkan tentang brand Anda, terutama target audiens Anda.
Brand Fox News menawarkan contoh sempurna dari persepsi sebuah brand. Untuk mereka yang setia kepada brand Fox News, brand Fox News dianggap “adil dan seimbang.” Untuk orang-orang yang tidak suka brand Fox News, hal tersebut justru dianggap sebaliknya. Akan tetapi ini bukanlah tentang orang-orang yang tidak suka brand Fox News, karena mereka bukanlah target penonton yang Fox News inginkan. Fox News adalah brand yang tahu target pasarnya dengan sangat baik dan terus memberikan pengalaman konten dan brand yang mendukung persepsi sebuah brand. Selama penonton percaya pada persepsi brand “adil dan seimbang”, Fox News-lah yang menang.
Lady Gaga, di bagian 1 dari seri “Apa itu Brand ?”, saya mereferensikan Lady Gaga sebagai sebuah contoh bagus dari persepsi brand yang dibangun oleh konsumen. Tidak peduli bagaimanapun kehidupan pribadinya. Muncul ke acara penghargaan dengan gaun yang terbuat dari daging adalah sesuai dengan persepsi brand di benak konsumen. Selama tindakannya, ucapan, pikiran dan penampilannya mendukung persepsi konsumen sebagai orang yang sedikit aneh, maka dia menang.
Persepsi Brand Bisa Berevolusi melewati Waktu
Michele Levy dari blog John Hancock Financial Network menawarkan analogi besar bagi persepsi brand. Dalam posting blog baru-baru ini, ia menulis, “Pertimbangkan persepsi brand sebagai setelan pakaian-perlu merasa baik untuk memakainya dan perlu untuk membuat Anda terlihat baik.
Tugas Anda adalah untuk melaksanakan program pemasaran yang mengabadikan persepsi brand, baik dalam pikiran pelanggan yang sudah ada maupun untuk audiens baru. Pertama, Anda perlu menentukan bagaimana brand Anda terlihat di mata konsumen. Ini bukan permainan menebak. Anda perlu melakukan penelitian untuk menentukan apa yang konsumen inginkan dan butuhkan, dan kemudian membangun sebuah strategi branding yang membuat konsumen melihat brand Anda sebagai satu-satunya yang memenuhi kebutuhan tersebut.
Jika brand Anda sudah ditetapkan, Anda harus terus-menerus mensurvei pelanggan Anda untuk mempelajari apa persepsi mereka saat ini terhadap brand Anda. Anda tidak memilih nama brand dan kemudian melupakannya. Branding adalah proses yang berkelanjutan tentang mempengaruhi, menciptakan, dan memenuhi persepsi konsumen.
Persepsi brand sejalan dengan harapan brand, yang merupakan topik untuk Bagian 4 dari seri“Apa itu Brand ? Jadi tetaplah disini! Dan jika Anda melewatkan posting sebelumnya dalam seri ini, Anda dapat mengikuti tautan dibawah ini untuk membacanya:
Gambar: Flickr
Berikutnya: Apa itu Brand ? Bagian 4 – Harapan Brand